Sabtu, 13 Februari 2010

Sarang Rayap

Semua orang mungkin terkejut bila menyaksikan sarang rayap yang didirikan di tanah. Sarang-sarang ini merupakan keajaiban arsitektur, yang tingginya mencapai 5 atau 6 meter.
Bila anda bandingkan ukuran rayap dan sarangnya, akan anda dapati bahwa rayap itu telah berhasil merampungkan proyek arsitekturnya yang berukuran 300 kali lebih besar daripada dirinya sendiri. Namun yang lebih aneh lagi ialah bahwa rayap-rayap itu buta.
Orang yang tak pernah melihat sarang besar yang dibangun oleh rayap buta mungkin mengira bahwa sarang itu terbuat dari gundukan pasir yang saling bertumpukan. Akan tetapi, sarang rayap membuktikan rancangan yang mengagumkan yang tak terbayangkan oleh benak manusia; di dalamnya terdapat saluran-saluran yang saling berhubungan, lorong-lorong, sistem ventilasi, langsiran produksi cendawan khusus, dan pintu keluar pengaman.
Jika anda mengumpulkan ribuan orang buta dan memberi mereka semua jenis peralatan teknik, anda tak akan pernah bisa membuat mereka menyusun sarang yang serupa dengan yang dibuat oleh sekumpulan rayap. Jadi, pikirkan saja:
Bagaimana bisa seekor rayap yang panjangnya 1-2 cm mempelajari informasi rekayasa dan arsitektur yang dibutuhkan untuk memuluskan rancangan tersebut?
Bagaimana bisa ribuan ekor rayap buta mengelola pekerjaan secara serasi untuk membangun bangunan ini yang merupakan keajaiban artistik
Jika anda belah sarang rayap menjadi dua pada tahap awal pembangunannya, dan kemudian menyatukannya kembali, maka akan anda lihat bahwa semua gang, saluran, dan jalan saling bersesuaian. Bagaimana kejadian ajaib ini bisa dijelaskan?
Kesimpulan yang harus ditarik dari contoh ini adalah bahwa Allah telah menciptakan semua makhluk hidup secara unik dan tanpa contoh lebih dahulu. Bahkan satu sarang rayap pun cukup bagi manusia untuk memahami Allah dan yakin bahwa Dialah Yang menciptakan semuanya.
Jumat, 12 Februari 2010

Pasukan di Dalam Tubuh Manusia

Setiap hari, berlangsung pertempuran di bagian terdalam raga yang tidak anda rasakan. Di satu pihak, virus dan bakteri bermaksud menyerbu tubuh anda dan mengambil kendali terhadapnya dan di pihak lain, sel-sel kekebalan melindungi tubuh dari musuh-musuh ini.

Musuh-musuh ini menunggu dalam keadaan siap-serang untuk memasuki kawasan yang mereka tuju; begitu ada kesempatan, mereka menuju kawasan sasaran. Namun demikian, para prajurit kawasan sasaran yang berdisiplin, tertata dan kuat itu tidak mudah menyerah kepada musuh. Pertama, para prajurit (fagosit) yang menelan dan menahan pasukan musuh itu tiba di medan tempur. Walau begitu, kadang-kadang pertempuran tersebut lebih liat daripada kemampuan tempur prajurit-prajurit ini. Pada keadaan semacam ini, prajurit-prajurit lain (makrofaga) dikerahkan. Keterlibatan mereka menyebabkan kehebohan di kawasan sasaran dan para prajurit lain (sel T pembantu) pun dipanggil untuk bertempur.
Prajurit-prajurit ini sangat mengenal penghuni setempat. Mereka dengan cepat bisa membedakan pasukan mereka sendiri dari pasukan musuh. Mereka segera mengerahkan prajurit (sel-sel B) yang ditugaskan untuk memproduksi senjata. Para serdadu ini mempunyai kemampuan luar biasa. Meskipun mereka tidak pernah melihat musuh, mereka dapat menghasilkan senjata yang akan menyebabkan musuh tak berdaya. Di samping itu, mereka mengangkut senjata-senjata yang mereka hasilkan itu sejauh semestinya. Selama perjalanan dalam tugas yang sulit ini mereka berhasil tidak menyebabkan kerusakan apa pun pada mereka sendiri atau pada sekutu-sekutu mereka. Kemudian, tim penyerang (sel-sel T pembunuh) menyiangi jalan. Mereka membongkar bahan beracun yang mereka angkut sendiri ke lokasi tergenting musuh. Bila menang, sekelompok prajurit lain (sel-sel T pendesak) tiba di medan tempur dan mengirimkan semua serdadu mereka kembali ke barak mereka. Para prajurit yang tiba di medan tempur terakhir (sel-sel memori) mencatat semua informasi yang relevan mengenai musuh, sehingga bisa dipakai di kejadian penyerbuan serupa di masa mendatang.
Pasukan hebat yang dibahas di atas tersebut ialah sistem kekebalan di tubuh manusia. Segala hal yang dijelaskan tersebut dilakukan oleh sel-sel mikroskopik yang tak terlihat dengan mata telanjang. (Untuk informasi lebih lanjut, silakan lihat Harun Yahya, For Men of Understanding, "The Signs in the Heaven and the Earth".)
Berapa banyak orang yang sadar bahwa mereka memiliki pasukan yang tertata, berdisiplin, dan sempurna di dalam tubuh mereka? Berapa banyak dari mereka yang sadar bahwa mereka dikelilingi dari semua sisi oleh mikroba-mikroba yang, jika tak terhalang, akan menyebabkan mereka menderita penyakit yang parah atau bahkan meninggal? Sesungguhnya, terdapat banyak mikroba yang berbahaya di udara yang kita hirup, di air yang kita minum, di makanan yang kita makan, dan di permukaan benda yang kita sentuh. Walaupun seseorang tak menyadari semua itu, sel-sel tersebut di tubuhnya berupaya sekuat tenaga untuk menyelamatkannya dari penyakit yang mungkin bahkan bisa menimbulkan kematiannya.
Kemampuan semua sel kekebalan untuk membedakan sel-sel musuh dari sel-sel tubuh, kemampuan sel-sel B untuk menyiapkan senjata selama dibutuhkan tanpa merugikan sel-sel tubuh lainnya, terpenuhinya tugas sel-sel penerima sinyal secara komplit tanpa masalah apa pun segera seusai mereka selesaikan pekerjaan mereka, dan kemampuan sel-sel memori tersebut hanyalah beberapa ciri istimewa sistem ini.
Karena semua alasan itu, cerita pembentukan sistem kekebalan tak pernah diangkat oleh para penulis evolusionis.
Dengan berfungsinya penyakit atau tanpa sistem kekebalan, sangatlah sulit bagi seseorang untuk bertahan hidup karena ia akan terbuka bagi semua mikroba dan virus di dunia luar. Saat ini, orang seperti ini hanya bisa hidup dalam ruang khusus tanpa kontak langsung dengan apa pun di luar ruang. Karena itu, tanpa sistem kekebalan, tak mungkin seseorang bertahan hidup di lingkungan primitif. Ini mengarahkan kita kepada fakta bahwa suatu sistem yang sangat rumit semacam sistem kekebalan hanya bisa diciptakan seluruhnya sekaligus dengan semua unsurnya. ( Sumber : http://www.harunyahya.com/ )

RADIASI LATAR KOSMOS

Di tahun 1965, dua peneliti, Arno Penzias dan Robert Wilson, secara kebetulan menemukan gelombang-gelombang ini. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi kosmos', tampaknya tidak dipancarkan dari sumber tertentu, tetapi merembesi seluruh ruang angkasa. Jadi, panas gelombang yang diradiasikan secara merata dari sekeliling ruang angkasa itu tertinggal sisanya dari tahap awal Ledakan Dahsyat. Penzias dan Wilson mendapat penghargaan Nobel atas penemuan ini.
Di tahun 1989, NASA mengirim Satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke ruang angkasa untuk meneliti radiasi latar kosmos. Hanya membutuhkan delapan menit, scanner-scanner salelit ini menguatkan pengukuran dari Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa dari Ledakan Dahsyat yang terjadi pada awal-mula alam semesta.
Karena dianggap sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, kesimpulan ini secara eksplisit membuktikan teori Ledakan Dahsyat. Dari ruang angkasa dikirim temuan dari satelit COBE 2 setelah satelit COBE menjelaskan perhitungannya dengan cermat berdasarkan teori Ledakan Dahsyat itu.
Sebuah bukti lain yang penting untuk Ledakan Dahsyat itu ialah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam hitungan terakhir, konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan perhitungan konsentrasi hidrogen-helium yang merupakan sisa dari Ledakan Dahsyat itu. Jika alam semesta tidak mempunyai permulaan dan jika alam semesta ada karena keabadian ada, maka unsur hidrogennya sepenuhnya telah digunakan dan diubah ke helium.
Semua bukti ini menyebabkan teori Ledakan Dahsyat diterima oleh para ilmuwan. Model ledakan dahsyat itu merupakan bagian terakhir yang dicapai oleh ilmu pengetahuan berkenaan dengan terbentuknya dan dimulainya alam semesta.
Dengan mempertahankan teori keadaan-tetap yang juga sejalan dengan gagasan Fred Hoyle selama bertahun-tahun, Dennis Sciama menguraikan pandangan akhir yang mereka capai setelah terungkapnya semua bukti tentang teori Ledakan Dahsyat. Sciama menyatakan bahwa ia turut mengambil bagian dalam perdebatan sengit antara yang mempertahankan teori keadaan-tetap dan yang menolaknya. Ia mencetuskan bahwa ia membela teori keadaan-tetap, bukan karena menganggapnya sahih, melainkan karena menghendakinya sahih. Fred Hoyle bergeming terhadap semua keberatan ketika bukti-bukti terhadap teori ini mulai terbuka. Sciama sendiri mula-mula sejalan dengan Hoyle tetapi kemudian, karena bukti-bukti mulai semakin tampak dan menumpuk, ia menerima bahwa permainan telah berakhir dan bahwa teori keadaan-tetap harus ditolak.
Prof. George Abel dari Universitas California menyatakan juga bahwa bukti mutaakhir yang tersedia menunjukkan bahwa alam semesta dimulai milyaran tahun silam dengan Ledakan Dahsyat. Ia mengakui tidak ada pilihan lain kecuali menerima teori Ledakan Dahsyat itu.
Degan diterimanya teori Ledakan Dahsyat, konsep 'zat kekal' yang merupakan dasar filosofi materialisme terlempar jauh ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lantas, apa yang terjadi sebelum Ledakan Dahsyat dan kekuatan apa yang menyebabkan alam semesta 'ada' dengan melalui adanya ledakan dahsyat itu ketika alam semesta 'tidak ada'? Pertanyaan ini tentunya menyiratkan, menurut kata-kata Arthur Eddington, fakta yang 'secara filosofis kurang menyenangkan', yaitu adanya Sang Pencipta. Filosof ateis masyhur Antony Flew berkomentar perihal ini:
Pengakuan itu baik bagi rohani. Karena itu, saya akan mengawalinya dengan mengakui bahwa kaum ateis itu harus malu dengan konsensus mengenai kosmologi saat ini. Untuk itu, para kosmolog perlu memberi bukti ilmiah tentang apa yang St. Thomas nyatakan tidak terbukti menurut filsafat, yaitu bahwa alam semesta memiliki suatu awal. Jadi, selama alam semesta dianggap ada bukan hanya tanpa akhir melainkan juga tanpa permulaan, akan mudah dikemukakan opini bahwa keberadaan tampilannya, dan apa pun yang pada temuannya menjadi ciri atau sifat yang paling mendasar, sepatutnya diterima sebagai penjelasan akhir. Meskipun saya yakin bahwa teori keadaan-tetap masih benar, mempertahankannya dalam menghadapi teori Ledakan Dahsyat tentunya tidak mudah dan tidak menyamankan.
Sebagian ilmuwan yang tidak mengkondisikan mereka sendiri untuk menjadi ateis telah mengakui adanya peranan Pencipta Yang Maha Kuasa dalam menciptakan alam semesta. Sang Pencipta ini pasti merupakan sesuatu Yang telah menciptakan baik zat (materi) maupun waktu, tetapi Yang tidak terpengaruh oleh keduanya. Astrofisikawan terkenal Hugh Ross mengakui hal ini dengan menuturkan:
Jika permulaan waktu bersamaan dengan awal keberadaan alam semesta, seperti teorema-angkasa jelaskan, maka penyebab alam semesta harus merupakan kesatuan yang berfungsi dalam suatu dimensi waktu yang sepenuhnya terpisah dan sudah ada sebelumnya terhadap dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting untuk pemahaman kita tentang Siapa Tuhan dan Siapa atau Apa yang bukan Tuhan. Tuhan bukan alam semesta sendiri, dan tidak terkandung dalam alam semesta.
Zat dan waktu diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa yang tidak bergantung pada semua pernyataan ini. Sang Pencipta ini ialah Allah, Yang merupakan Pemilik atau Penguasa langit dan bumi. ( Sumber : http://www.harunyahya.com/ )

MELUASNYA ALAM SEMESTA

Di tahun 1929, di Observatorium California Mount Wilson, Astronom berkebangsaan Amerika Edwin Hubble menghadirkan salah satu penemuan terbesar dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia dapati bahwa cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi merah dan bahwa perubahan ini lebih memperjelas bahwa itu bintang-bintang yang menjauh dari bumi. Penemuan ini berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan, karena menurut aturan ilmu fisika yang sudah diakui, spektrum cahaya berkedip-kedip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna lembayung, sedangkan spektrum cahaya berkerlap-kerlip yang menjauh dari tempat observasi itu cenderung mendekati warna merah. Artinya, bintang-bintang itu menjauh dari kita secara tetap.

Lama sebelumnya, Hubble menemukan penemuan lain yang sangat penting: Bintang dan galaksi bergerak menjauh bukan hanya dari kita, tetapi juga saling menjauh. Satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu alam semesta di mana semua bintang dan galaksi menjauh dari bintang dan galaksi lain adalah bahwa alam semesta 'bertambah luas' secara tetap.
Untuk lebih memahaminya, alam semesta dapat dianggap sebagai permukaan balon yang meledak. Karena bagian-bagian di permukaan balon ini saling memisah sebagai akibat dari pemompaan atau penggelembungan, hal ini berlaku juga untuk obyek-obyek di ruang angkasa yang saling memisah sebagai akibat dari terus bertambah luasnya alam semesta.
Sebenarnya, teori ini telah ditemukan jauh sebelumnya. Albert Einstein, yang dianggap merupakan ilmuwan terbesar abad 20, telah menyimpulkan dalam teori fisikanya setelah melalui perhitungan yang cermat bahwa alam semesta itu dinamis dan tidak statis. Namun bagaimanapun, ia telah meletakkan penemuannya bukan untuk bertentangan dengan teori model alam semesta statis yang sudah diakui luas di zamannya. Einsten kemudian mengidentifikasi tindakannya itu sebagai kesalahan terbesar sepanjang karir keilmuwanannya. Sesudah itu, menjadi jelas melalui pengamatan Hubbles bahwa alam semesta bertambah luas.
Di sini ditunjukkan perbedaan berbagai galaksi yang letaknya jauh yang cenderung mendekati warna merah. Garis vertikal di bagian atas menunjukkan bagian tertentu spektrum. Di spektrum-spektrum lain, titik ini cenderung mengarah ke kanan sejauh arah anak panah horisontal. Kecenderungan mendekati merah ini, yang menunjukkan jauhnya, semakin nyata bila galaksi bergerak semakin jauh dari bumi.
Jadi, apa yang penting dari fakta bahwa alam semesta bertambah luas terhadap proses terjadinya alam semesta?
Alam semesta yang bertambah luas itu menunjukkan bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur dalam hal waktu, maka alam semesta terbukti berasal dari 'titik tunggal'. Perhitungan menunjukkan bahwa titik tunggal ini yang mengandung pengertian semua zat atau materi yang ada di alam semesta mempunyai 'volume nol' dan 'kerapatan yang tak terbatas'. Alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol ini. Ledakan yang luar biasa dahsyatnya yang disebut Ledakan Dahsyat ini menandai awal dimulainya alam semesta.

'Volume nol' merupakan satuan teoretis yang digunakan untuk tujuan pemaparan. Ilmu pengetahuan dapat menetapkan konsep 'ketidakadaan', yang berada di luar jangkauan batas-batas pemahaman manusia, dengan hanya mengungkapkannya sebagai 'suatu titik yang bervolume nol'. Alam semesta muncul dari 'ketidakadaan'. Dengan kata lain, alam semesta itu diciptakan.
Teori Ledakan Dahsyat itu menunjukkan bahwa pada awalnya, semua obyek di alam semesta merupakan satu bagian dan kemudian terpisah-pisah. Kenyataan ini, yang ditunjukkan dengan teori Ledakan Dahsyat, dinyatakan dalam Al-Qur'an 14 abad lalu, ketika manusia masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas tentang alam semesta:

أولم ير الذين كفروا أن السماوات والأرض كانتا رتقا ففتقناهما وجعلنا من الماء كل شيء حي أفلا يؤمنون
Tidakkah orang-orang kafir mengerti bahwa langit dan bumi semula berpadu (sebagai satu kesatuan dalam penciptaan), lalu keduanya Kami pisahkan? Dari air Kami jadikan segalanya hidup. Tidakkah mereka mau beriman juga? (Surat al-Anbiyaa', 30)

Seperti yang dinyatakan dalam ayat tersebut, apa saja, bahkan di 'langit dan bumi' yang belum tercipta sekalipun, diciptakan dengan suatu Ledakan Dahsyat dari suatu titik tunggal, dan membentuk alam semesta yang sekarang ini dengan saling terpisah.

Jika kita bandingkan pernyataan ayat itu dengan teori Ledakan Dahsyat, maka kita mengetahui bahwa ayat itu sepenuhnya cocok dengan teori tersebut. Namun, baru pada abad ke-20, Ledakan Dahsyat dikemukakansebagai teori ilmiah.
Meluasnya alam semesta itu merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketidakadaan. Meskipun kenyatan ini tidak ditemukan oleh ilmu pengetahuan sampai abad ke-20, Allah telah menjelaskan kepada kita kenyataan ini dalam Al-Qur'an, 1.400 tahun silam:

والسماء بنيناها بأيد وإنا لموسعون

Dengan kekuasaan Kami membangun cakrawala, dan Kami yang menciptakan angkasa luas. (Surat adz-Dzaariyaat, 47)
Sumber : www.Harun yahya.com
Sabtu, 06 Februari 2010

DNA: Molekul Ajaib

Teori evolusi belum mampu menyediakan penjelasan yang masuk akal perihal keberadaan molekul yang merupakan basis sel. Bahkan, perkembangan ilmu genetika dan penemuan asam nukleik (DNA dan RNA) menimbulkan masalah yang baru sekali bagi teori evolusi.
Pada 1955, karya dua ilmuwan DNA, James Watson dan Francis Crick, meluncurkan era baru biologi. Terdapat banyak ilmuwan yang mengarahkan perhatian mereka ke ilmu genetika. Kini, setelah bertahun-tahun penelitian, ilmuwa-ilmuwan telah banyak memetakan struktur DNA.
Di sini, kami perlu memberi beberapa informasi dasar tentang struktur dan fungsi DNA.
Molekul yang disebut DNA, yang terdapat di inti masing-masing dari 100 trilyun sel di tubuh kita, mengandung rencana konstruksi yang lengkap tentang tubuh manusia. Informasi mengenai karakteristik seseorang, dari tampilan fisik hingga struktur organ dalam, direkam di DNA dengan sistem penyandian istimewa. Informasi di DNA disandi dalam rangkaian empat basis khusus yang menyusun molekul ini. Basis-basis ini ditentukan sebagai A, T, G, dan C menurut huruf awal nama mereka. Semua perbedaan struktural di antara orang-orang bergantung pada variasi rangkaian basis-basis ini. Terdapat sekitar 3,5 milyar nukleotida, yakni 3,5 trilyun huruf di molekul DNA.
Molekul yang disebut DNA mengandung rencana konstruksi yang lengkap tentang tubuh manusia.
Data DNA yang mengenai protein atau organ tertentu tercakup dalam unsur-unsur khusus yang disebut "gen". Sebagai misal, informasi mengenai mata ada di sederetan gen khusus, sedangkan informasi mengenai jantung ada di sederetan lain. Sel-sel itu menghasilkan protein dengan menggunakan informasi di semua gen ini. Asam amino yang merupakan struktur protein ditentukan oleh tatanan rangkaian tiga nukleotida di DNA.
Dalam hal ini, sebuah rincian penting layak diperhatikan. Suatu kekeliruan di rangkaian nukleotida penyusun suatu gen menyebabkan gen itu tidak berguna sama sekali. Bila kita perhatikan bahwa terdapat 200 ribu gen di tubuh manusia, ini merupakan bukti tambahan betapa mustahil bagi jutaan nukletida yang menyusun gen-gen ini terbentuk secara kebetulan dengan rangkaian yang benar. Seorang biolog evolusionis, Frank Salisbury, mengomentari kemustahilan ini seraya mengatakan:
Protein medium mungkin meliputi sekitar 300 asam amino. Gen DNA yang mengendalikan ini sekitar 1.000 nukleotida di rantai ini. Karena ada empat jenis nukleotida di rantai DNA, yang mengandung 1.000 hubungan bisa ada dalam 41000 bentuk. Dengan menggunakan aljabar kecil (algoritma), kita bisa melihat bahwa 41000 = 10600. Sepuluh dikalikan dengan dirinya sendiri 600 kali menghasilkan angka 1 yang diikuti dengan 600 nol! Bilangan ini jauh di luar jangkauan pemahaman kita.15
Angka 41000 sama dengan 10600. Kita memperoleh bilangan ini dengan menambahkan 600 nol terhadap 1. Karena 10 dengan 11 nol menunjukkan trilyun, bilangan dengan 600 nol memang angka yang sulit untuk dimengerti.
Eolusionis Prof. Ali Demirsoy terpaksa menerima persoalan berikut ini:
Pada kenyataannya, peluang pembentukan acak protein dan asam nukleik (DNA-RNA) terlampau kecil. Kesempatan munculnya serantai protein tertentu saja bersifat astronomik.16
Di samping semua kemustahilan ini, DNA nyaris tidak bisa terlibat dalam suatu reaksi karena bentuk spiral ikatan-gandanya. Ini juga membuatnya mustahil membayangkan bahwa ini bisa menjadi basis kehidupan.
Lebih-lebih, sementara DNA hanya bisa menggandakan diri dengan bantuan beberapa enzim yang pada kenyataannya protein, sintesis enzim-enzim ini hanya dapat terwujud dengan informasi yang disandi di DNA. Karena mereka berdua saling bergantung, mereka harus ada di waktu yang sama untuk penggandaan diri, atau salah satu dari keduanya harus "diciptakan" sebelum yang lain. Jacobson seorang mikrobiolog Amerika mengomentari persoalan ini:
Pengarahan yang lengkap untuk reproduksi rencana, untuk energi dan pencabutan bagian-bagian dari lingkungan mutakhir, untuk pertumbuhan rangkaian, dan untuk mekanisme efektor yang menerjemahkan instruksi menjadi pertumbuhan-semuanya harus hadir secara serempak pada saat itu (ketika kehidupan berawal). Kombinasi peristiwa ini tampaknya dengan luar biasa tidak mungkin kejadian yang kebetulan, dan seringkali dianggap berasal dari intervensi Ilahi.
Kutipan di atas ditulis dua tahun sesudah pengungkapan struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick. Walau terdapat semua perkembangan ilmu tersebut, masalah ini masih tak terpecahkan bagi para evolusionis. Ringkasnya, kebutuhan akan DNA dalam reproduksi, perlunya kehadiran beberapa protein untuk reproduksi, dan persyaratan untuk menghasilkan protein-protein ini menurut informasi di DNA seluruhnya melumpuhkan tesis-tesis evolusi.
Dua ilmuwan Jerman, Junker dan Scherer, menjelaskan bahwa sintesis semua molekul itu memerlukan evolusi kimiawi, membutuhkan kondisi yang khas, dan bahwa peluang pencampuran bahan-bahan ini yang secara teoretis mempunyai metode pemerolehan yang sangat lain adalah nol:
Hingga sekarang, tiada eksperimen yang diketahui bisa mendapatkan semua molekul yang diperlukan untuk evolusi kimiawi. Karena itu, menghasilkan berbagai molekul di tempat-tempat yang berlainan di bawah kondisi yang sangat laik dan kemudian membawa mereka ke tempat lain untuk reaksi dengan melindungi mereka dari unsur-unsur yang berbahaya seperti hidrolisis dan fotolisis adalah perlu.18
Singkatnya, teori evolusi tidak mampu untuk membuktikan semua tahap evolusi yang disangka terjadi pada level molekul.
Kesimpulan dari pembahasan kita sejauh ini, baik asam-asam amino maupun produk-produk mereka, yakni protein-protein penyusun sel-sel makhluk hidup, tidak bisa dihasilkan di segala lingkungan yang disebut "atmosfir primitif". Lebih-lebih, faktor-faktor seperti struktur protein yang luar biasa rumitnya, corak kidal, non-kidal, dan sulitnya pembentukan ikatan peptida hanyalah sebagian dari alasan-alasan mengapa mereka juga tidak akan pernah dihasilkan di segala eksperimen mendatang.
Meskipun kita memperkirakan sesaat bahwa protein-protein agaknya memang terbentuk secara kebetulan, yang masih tidak berarti, karena protein bukan apa-apa sama sekali dengan sendirinya: mereka tidak bisa mereproduksi sendiri. Sintesis dimungkinkan hanya dengan informasi yang disandi di molekul-molekul DNA dan RNA. Tanpa DNA dan RNA, reproduksi protein mustahil. Rangkaian tertentu duapuluh asam amino yang berbeda yang disandi di DNA menentukan struktur semua protein di tubuh. Akan tetapi, seperti yang telah banyak dijelaskan oleh semua orang yang telah mengkaji molekul-molekul ini, DNA dan RNA mustahil terbentuk secara kebetulan.

Burung Pelatuk

Sebagaimana kita ketahui bersama, burung-burung pelatuk membangun sarang-sarang mereka dengan mengebor lubang-lubang di batang pohon dengan paruh mereka. Ini mungkin terdengar biasa bagi kebanyakan orang. Namun hal yang lalai untuk diperhatikan adalah mengapa burung pelatuk tidak mengalami pendarahan ketika mereka memukul-mukul secara dahsyat dengan kepala mereka. Yang dilakukan oleh burung pelatuk ini serupa dengan orang yang memukul paku ke dinding dengan kepalanya. Jika orang mencoba melakukan perbuatan seperti ini, mungkin ia akan mengalami pusing yang diikuti dengan gegar otak. Akan tetapi, burung pelatuk bisa mematuk batang pohon yang keras 38-43 kali dalam waktu dua atau tiga detik saja tanpa menderita apa-apa.
Tidak terjadi apa-apa karena struktur kepala burung pelatuk tercipta secara ideal untuk tugas semacam itu. Tengkorak burung pelatuk mempunyai sistem suspensi yang luar biasa yang menyerap daya pukulan. Muka dan beberapa urat tengkoraknya yang berdampingan dengan paruh dan rahangnya itu sangat kokoh sehingga turut mengurangi efek pukulan yang kuat selama pematukan.
Rancangan dan perencanaan tidak berakhir di sini. Dengan terutama lebih menyukai kayu tusam, burung pelatuk mengecek umur pohon sebelum mengebor lubang padanya dan memilah yang umurnya lebih dari 100 tahun, karena kayu tusam yang umurnya lebih dari 100 tahun menderita suatu penyakit yang menyebabkan kulit kayu keras dan tebal untuk dilembutkan. Baru-baru ini sajalah hal ini ditemukan oleh sains dan mungkin anda membacanya di sini untuk pertama kalinya dalam kehidupan anda; burung pelatuk telah mengetahuinya selama berabad-abad.
Ini bukan satu-satunya alasan mengapa burung pelatuk lebih menyukai kayu tusam. Burung pelatuk menggali rongga di sekeliling sarang mereka yang fungsinya pada mulanya tidak terpahami. Kemudian rongga-rongga ini terpahami untuk melindungi mereka dari bahaya besar. Seiring dengan waktu, damar lengket yang lolos dari kayu tusam memenuhi rongga sehingga rintisan sarang burung pelatuk penuh dengan genangan yang dengan demikian ini, burung pelatuk bisa terlindung dari ular, musuh terbesar mereka.
Corak menarik lain burung pelatuk adalah mulut mereka yang cukup tipis untuk juga menyusup sarang semut di pohon. Mulut mereka juga lengket yang memungkinkan mereka untuk mengumpulkan semut di sana. Kesempurnaan penciptaan ini selanjutnya terungkap oleh fakta bahwa mulut mereka mempunyai susunan yang mencegah mereka dari bahaya asam di tubuh semut-semut.
Burung pelatuk, yang setiap cirinya dibahas di berbagai paragraf di atas, dengan semua corak rincinya membuktikan bahwa mereka itu 'diciptakan'. Jika burung pelatuk berkembang secara kebetulan sebagaimana klaim teori evolusi, mereka akan mati sebelum memperoleh ciri konsisten yang luar biasa seperti itu dan mereka akan punah. Akan tetapi, karena mereka diciptakan oleh Allah dengan 'rancangan' istimewa yang disesuaikan dengan kehidupan mereka, mereka memulai kehidupan mereka dengan semua sifat-sifat pentingnya.
( Sumber : www.Harunyahya.com )

Menara Kembar WTC Runtuh Karena Bom yang Sudah Dipasang

Prof, Steven E. Jones, “Why Indeed did the WTC Buildings Collapse?,” The Hidden History of 9-11
New York - Peristiwa runtuhnya menara kembar WTC di New York sudah empat tahun berlalu dan tidak lagi banyak perdebatan mengenai penyebab nyaris ratanya gedung tersebut dengan tanah.
Jutaan pasang mata menjadi saksi ketika pesawat yang telah dibajak teroris menghantam WTC dan mengakibatkan kebakaran besar yang melemahkan baja-baja penyangga gedung tersebut.
Penjelasan resmi penyebab keruntuhan tersebut juga sudah dilakukan oleh badan-badan yang berwenang seperti NIST (National Institute of Standards and Technology), FEMA dan Komisi 9/11.

Namun pendapat baru mengenai penyebab runtuhnya menara kembar WTC dan gedung WTC 7 tersebut baru-baru ini muncul setelah seorang ilmuwan AS menyatakan bahwa tidak mungkin gedung pencakar langit itu bisa ambruk dengan cepat hanya karena ditabrak pesawat dan terbakar.
Profesor Steven E. Jones dari Brigham Young University, Utah, yang melakukan penelitian dari sudut teori fisika mengatakan bahwa kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin Tower serta gedung WTC 7 hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut.
Teori fisika Jones tersebut tentunya sangat bertentangan dengan hasil penelitian FEMA, NIST dan 9-11 Commision bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh.
Dalam kertas kerjanya berjudul "Why Indeed Did the WTC Buildings Collapse?" dan dipublikasikan harian Deseret Morning News yang terbit di Salt Lake City dalam situsnya awal November lalu, Ilmuwan dari Departerment of Physic and Astronomy, Brigham Young University itu menguraikan secara ilmiah penyebab sesungguhnya dari kehancuran tersebut.
Pihak Brigham Young University sendiri sebelumnya mengatakan bahwa isi dari kertas kerja tersebut sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan sebagai pandangan pihak universitas.
"Saya mengimbau dilakukan suatu investigasi secara serius atas hipotesa bahwa gedung WTC 7 dan Menara Kembar WTC runtuh bukan hanya oleh benturan (pesawat) dan kebakaran, tapi juga karena bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya," kata Jones.
Detik-detik keruntuhan Menara Kembar WTC, dan juga gedung WTC 7 didekatnya, disaksikan jutaan pasang mata baik secara langsung maupun melalui siaran "live" televisi di seluruh dunia.
Empat tahun telah berlalu dan berbagai peristiwa penting pun terjadi terkait dengan tragedi "September hitam" tersebut, di antaranya berupa perubahan kebijakan politik luar negeri AS dan serangan terhadap Afghanistan.
Namun Osama Bin Laden yang diyakini sebagai dalang utama serangan 11 September dan aksi terorisme lainnya di dunia, hingga kini belum dapat ditangkap.
Jones sendiri dalam kertas kerjanya tidak menyorot soal politik dan aksi terorisme, tapi ia memfokuskan pada teori fisika atas keruntuhan gedung-gedung tersebut. Ia tidak mau berspekulasi mengenai bagaimana bom itu dipasang dan siapa yang melakukannya.
Bukan hanya api
Dalam paper yang juga dipublikasikan pada pertengahan November lalu oleh situs harian Deseret Morning News yang terbit di Salt Lake City, Jones satu persatu mencoba memberi keyakinan bahwa tidak mungkin hanya api yang memporakporandakan gedung berkonstruksi baja tersebut.
Menurut teori Prof Jones, simetrikal dan cepatnya keruntuhan gedung-gedung tersebut membuktikan bawa penjelasan resmi FEMA, NIST dan 9-11 Commission yang kini sudah menjadi pegangan publik pada umumnya adalah salah.
"akta sebenarnya, tampaknya ada bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya pada tiga gedung di Ground Zero itu," ujar ilmuwan yang mengambil spesialisasi metal-catalysed fussion, archaeometeri dan solar enegy tersebut.
Sebelum dan sesudah peristiwa WTC belum pernah ada gedung berkerangka baja yang hancur total karena kebakaran. Namun bahan peledak dapat dengan efektif memotong tiang-tiang baja," katanya.
Gedung WTC 7, yang tidak ditabrak pesawat, runtuh pada petang hari 11 September 2001 dalam 6,6 detik atau hanya 0,6 detik lebih lama dari perjalanan jatuhnya sebuah benda dari puncak gedung 47 lantai itu ke tanah.
"Dimana faktor kelambatan yang harus terjadi karena kekekalan gaya gerak, yang merupakan hukum dasar fisika?," katanya.
Dengan demikian muncul hipotesa penghancuran lewat ledakan, termasuk pada bagian bawah dan tiang-tiang baja penyangga, sehingga jatuhnya mendekati kecepatan benda jatuh bebas.
Puing-puing bekas gedung itu , memperkuat dugaan kehancuran akibat ledakan karena sebagian besar materi gedung menjadi seperti bubuk. "Bagaimana kita bisa yakin pada kejanggalan ini selain kerena bahan peledak?," katanya.
Lelehan logam yang ditemukan direruntuhan WTC bisa sebagai akibat suatu reaksi suhu tinggi dari bahan ledakan yang biasa digunakan seperti thermite. Gedung yang jatuh bukan oleh ledakan tidak cukup punya energi langsung untuk mengakibatkan lelehan metal dalam jumlah besar.
Argumentasi lainnya, untuk menguapkan struktur baja penyangga diperlukan api dengan temperatur mendekati 5.000 derajat Fahrenheit, sementara barang-barang kantor dan minyak disel yang terbakar tidak bisa mencapai suhu sepanas itu.
Api yang disebabkan oleh bahan bakar jet dari pesawat tersebut paling lama hanya beberapa menit, dan selanjutnya api dari materi kantor akan membakar kemana-mana dalam 20 menit. .
Pendapat Jones yang kontroversial ini juga menarik perhatian jaringan televisi MSNBC yang 16 November lalu mengundangnya untuk menjadi pembicara dalam suatu wawancara yang dipandu Tucker Carlson.
"Yang saya lakukan adalah menghadirkan bukti, ini suatu hipotesa yang harus diuji. Ada perbedaan besar dengan yang sudah disimpulkan, dan saya hanya ingin mengklarifikasi," kata Jones dalam wawancara tersebut.
Wawancara dalam program "The Situation" MSNBC itu sendiri hanya berlangsung enam menit sehingga tidak banyak waktu untuk Jones menjelaskan lebih jauh mengenai teorinya.
Carlson mengaku bahwa ia banyak mendapat respon dari pemirsa mengenai acara tersebut, yang umumnya memuji atas keberaniannya menghadirkan Jones dalam program itu.
Ada juga pemirsa melalui e-mail yang memprotes karena sempitnya waktu yang disediakan untuk Jones menjelaskan soal konspirasi, katanya.
Meskipun memakai dasar-dasar ilmu alam, pandangan Jones memang merupakan hal yang sangat sensitif, karena bisa berpengaruh pada hal-hal lainnya di balik tragedi yang menewaskan ribuan jiwa tersebut.
Menurut Deseret Morning News, Jones juga akan mempublikasikan teorinya itu dalam bentuk buku berjudul "The Hidden History of 9/11". ant/abi (RioL)

Updates Via E-Mail